Rabu, 24 Oktober 2012

Goa Jepang dan Goa Belanda


Goa Jepang dan Goa Belanda ini berada di kota Bandung, yaitu di Bukit Dago Pakar, berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda. Cukup mudah aksesnya, baik kendaraan umum, kendaraan pribadi bahkan bus. Memasuki kawasan taman hutan raya ini, kita akan menjumpai deretan hutan pinus yang membuat kawasan ini terasa sejuk dan asri. Harga tiket masuk tergolong murah, yaitu Rp 8.000 / orang.
Pintu gerbang depan


Pintu masuk Tahura Djuanda

Suasana di Tahura Djuanda
Setelah berjalan melewati jalan setapak sekitar 500 meter, kita akan melihat Gua Jepang. Goa ini dibuat di tahun 1942 untuk keperluan tempat berlindung tentara Jepang dari serbuan tentara sekutu, sekaligus sebagai tempat penyimpanan senjata dan logistik. Goa ini terhubung dengan beberapa goa kecil yang berfungsi sebagai ventilasi. Dan berdasarkan cerita, goa ini dibangun oleh bangsa Indonesia melalui romusha, yaitu kerja paksa. Di dalam goa ini terdapat empat buah kamar yang dulunya dipakai istirahat panglima tentara Jepang. Lantai dan dindingnya masih kasar, agak lembab dan tidak ada penerangan, jadi siapkan senter Anda, atau siapkan uang Rp 3.000 untuk menyewa senter disana.
Pintu Masuk Gua Jepang


Gua Jepang dari luar

Gua Jepang dari dalam
Gua Belanda terletak lebih di dalam, sekitar 400 meter dari Gua Jepang. Dalam perjalanannya kita dapat melihat pemandangan yang indah dengan udara yang sejuk.
Pemandangan
Gua Belanda terlihat lebih rapi, dengan pintu besi di kedua ujung goa. Lantai dan dindingnya sudah rapi, bahkan terlihat beberapa jalur rel, dan juga bekas jalur penerangan. Goa ini didirikan pada tahun 1941. Di dalam gua ini terdapat beberapa lorong dan ruangan-ruangan. Tempat ini dulu dibangun Belanda awalnya untuk terowongan PLTA bengkok, namun melihat lokasinya yang tinggi dan terlindung, maka saat Perang Dunia II diubah menjadi stasiun radio telekomunikasi.
Gua Belanda

Gua Belanda dari luar

Gua Belanda dari dalam
Jika kaki & tenaga masih kuat, maka bisa melanjutkan ke Curug Omas. Di sana kita dapat melihat air terjun yang indah.
Di arah pintu keluar, kita dapat mampir sejenak untuk melihat ke Pusat Informasi dan juga Museum mini yang berada di sebelahnya, yang memajang beberapa benda memorabilia dari Ir H Djuanda.
Pusat Informasi

Museum
Di dekatnya juga terdapat monumen Ir H Djuanda, taman, saung-saung, beberapa kandang burung, dan juga danau.
Monumen Ir. H. Djuanda

Taman

Danau
Bagi teman2 yang lelah dan haus, dapat mampir ke beberapa warung / kedai yang menjual minuman dan makanan. Teman JJH juga bisa menggunakan jasa ojek motor yang mangkal disana, jika kelelahan, atau jika bermaksud melihat ke air terjun Curug Omas.
Warung makan
Tempat ini memang indah, bahkan saat JJH kesana, kami bertemu dengan serombongan fotografer dengan beberapa model yang bermaksud untuk mengambil gambar di tempat ini.
Tapi sejujurnya, kami merasa kurang nyaman dengan adanya penyewa senter yang menawarkan setengah memaksa, belum lagi kumpulan ojek yang berkumpul di sekitar kawasan. Membuat perjalanan sedikit terganggu, ada baiknya kalau diorganisir dengan baik, sehingga lebih nyaman untuk pengunjung. Dan juga terlihat pemerintah belum terlalu serius menggarap tempat wisata ini. Harusnya ini dapat lebih dikemas dengan menarik, saya coba membandingkannya dengan Chu Chi Tunnel di Vietnam, jika dapat dikemas seperti ini pasti akan lebih menarik wisatawan.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Dago Pakar (Jl Ir H Djuanda)
Harga tiket : Rp 8.000
http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id
 

KOMPAS.com

VIVAnews

news.detik

Executive Class Universitas Budi Luhur